20 Mei 2008

Kebangkitan yang (masih) tertunda

Tahun ini Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang ke-100.
Apa ada perbedaan antara hari ini dengan 100 tahun yg lalu? Dan ternyata...rakyat masih tetap merakyat, korupsi masih terjadi, bahkan BBM bakal naik tidak lama lagi. Bedanya (mungkin) dengan 100 tahun yang lalu rakyat ini tidak dijajah oleh bangsa lain melainkan dengan bangsa sendiri. Kalau saja tokoh-tokoh Kebangkitan Nasional diperkenankan untuk hidup kembali, apa ya pendapat mereka tentang Indonesia saat ini, tentang pemimpin-pemimpin negara, dan nasionalisme jiwa-jiwa muda.
Nasionalisme!Yup..itu salah satu kata kunci dari Kebangkitan Nasional.Tapi...(klo kata salah satu iklan di TV) " Mannnnaaaa.....ekspresinya...???" Sudah sangat jarang terlihat. Kok rasanya Nasionalisme saat ini hanya dimiliki oleh generasi orangtua atau bahkan (lebih parah lagi) kakek nenek kita. Menjamurnya sekolah-sekolah bertaraf Internasional sedikit banyak ikut mempengaruhi Nasionalisme generasi saat ini. Memang tidak bisa disalahkan juga sekolah-sekolah tersebut memberikan fasilitas yang jaaaaaaaaaauuuuh dari sekolah negeri (ya iyalah....secara gitu uang sekolahnya juga jauh berbeda!). Apakah sekolah-sekolah Internasional ini secara tidak langsung "menjajah" Nasionalisme generasi muda Indonesia? tidak menutup kemungkinan! Sekolah-sekolah, yang mungkin, pada awalnya dikhususkan untuk anak-anak expatriate namun saat ini malah dibanjiri anak-anak pribumi. Bisa saja beberapa tahun lagi generasi muda kita lupa lagu Indonesia Raya, UUD 1945, dan lupa apa itu Pancasila! Mereka juga lebih mengutamakan bahasa asing dalam kegiatan sehari-hari dibandingkan bahasa Indonesia. Bahkan kita pasti sering (minimal pernah) melihat orang Indonesia yang lebih bule dari orang bule itu sendiri.
Namun saya masih melihat Nasionalisme di sekolah tempat dimana saya mengajar. Padahal sebagian besar murid-murid masih termasuk dalam garis keturunan non-pribumi. Meskipun upacara hanya dilakukan sebulan sekali, tapi murid-murid berlatih dengan sungguh-sungguh. Mulai dari baris-berbaris sampai mengibarkan bendera Merah Putih. Bahkan setiap kali merayakan 17 Agustus, guru-guru expatriate pun ikut dalam upacara bendera. Murid-murid juga masih memperingati Hari Karini dan Hari Pendidikan (yang kebetulan memang bertepatan dengan ulang tahun sekolah) Saya tidak tahu apakah di sekolah International lain dilakukan hal sedemikian.
Kalau saya boleh memilih konsep pendidikan antara International School dengan National Plus School, saya lebih memilih National Plus School. Mengapa? karena saya tidak ingin murid-murid lupa ke-Indonesiaan-nya. Dan biarlah sekolah-sekolah International dikhususkan bagi anak-anak bule yang benar-benar bule agar mereka juga tidak kehilangan rasa cinta negaranya.
Akhirnya saya hanya bisa berpendapat, Kebangkitan Nasional saat ini hanyalah kebangkitan yang tertunda. Presiden Republik Indonesia sampai mencanangkan program Kebangkitan Indonesia selama 1 tahun (20 Mei 2008 – 20 Mei 2009) dengan slogan ”Indonesia Bisa!”. (hanya 1 tahun?100 tahun aja belum bangkit pak!) tapi mudah-mudahan tahun depan di tanggal yang sama Indonesia sudah bisa : memberantas buta huruf, memberikan sekolah gratis bagi yang tidak mampu, mengurangi penangguran, dan memberantas korupsi!

"Dont ask what your country have gived to you but ask what you have gived to your country!"
(Mulailah dengan hal-hal kecil. Jaga Indonesia dengan membuang sampah pada tempatnya)

Selamat Hari Kebangkitan Nasional.
[bisa.jpg]

1 komentar:

seezqo mengatakan...

Perayaan kebangkitan Nasional yang ke 100 tahun diikuti oleh bangkitnya harga BBM dan kebutuhan pokok lainnya :)
Jayalah Indonesiaku ...